Selasa, 12 Maret 2013

Mitos dan Legenda Makhluk Gaib dalam Kepercayaan Masyarakat Banjar


MITOS DAN LEGENDA MAKHLUK GAIB DALAM KEPERCAYAAN MASYARAKAT BANJAR


Seperti juga daerah-daerah lain di Indonesia, kepercayaan yang berbau gaib, mistis bahkan tahayul juga terdapat dalam kepercayaan masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan. Kepercayaan yang dianggap warisan zaman dahulu —sebelum masuknya Islam— ternyata tidak hilang sama sekali dengan masuknya Islam. Konon bahkan ada yang menduga, bahwa sebagian mitos makhluk gaib itu justeru tetap dipertahankan oleh penguasa dengan tujuan untuk mempertahankan kekuasaan atau memantapkan pencitraan di kalangan masyarakat bahwa penguasa, dalam hal ini raja, bukanlah seorang pemimpin yang kebetulan memegang kekuasaan tertinggi di kerajaan, namun memang seorang manusia terpilih yang kekuasaannya bukan saja didukung oleh kalangan bangsa manusia, namun juga didukung oleh makhluk-makhluk gaib dan manusia-manusia yang telah dianggap mandiwata atau gaib, sehingga kalau ada manusia yang berani mengusik atau menentang kekuasaannya, maka mereka akan berhadapan dengan makhluk-makhluk gaib tersebut. Gambaran seperti ini memang berlaku di seluruh dunia, walaupun tentu saja dengan konteks yang berbeda-beda. Di Cina dan Jepang, seorang kaisar dianggap seorang manusia yang dipilih oleh langit untuk memerintah umat manusia, sehingga kaisar pun dijuluki putra langit.
Sampai sekarang, kepercayaan mengenai masih adanya Putri Junjung Buih dan Pangeran Suryanata (pemimpin ‘resmi’ Kerajaan Nagara Dipa), Patih Empat, Sultan Suriansyah/Raden Samudera (pendiri Kerajaan Banjar) masih berkembang dalam kehidupan masyarakat Banjar. Dalam kasus-kasus kesurupan yang berhubungan dengan pemakaian atribut budaya Banjar, misalnya dalam acara perkawinan, pertunjukkan wayang, banyak ditemui bahwa yang merasuk itu adalah orang-orang yang disebut di atas.
Selain itu mitos mengenai buaya kuning, buaya putih yang juga dianggap sebagai sahabat-sahabat dari Putri Junjung Buih dan Sultan Suriansyah masih sangat kental melekat di dalam masyarakat.
Terlepas dari semua itu, dalam tulisan ini penulis hanya ingin menyajikan bahwa mitos dan legenda itu memang masih ada dalam masyarakat Banjar. Terlepas percaya atau tidak tentu kita harus berpegang kembali kepada ajaran agama, bahwa makhluk gaib itu memang ada. Timbulnya keberagaman makhluk gaib di berbagai tempat, kita harus kembali kepada pemahaman bahwa semuanya itu hanya berasal dari beberapa hal, yaitu perbuatan iblis, setan dan jin. Dan makhluk gaib yang sangat suka menyamar, termasuk berwujud manusia-manusia yang telah meninggal, adalah dari kalangan jin. Maka dalam kesempatan ini penulis juga mengingatkan bahwa munculnya isu mayat hidup, pocong, babi jejadian, dan sebagainya, termasuk penampakan-penampakan yang beberapa tahun yang lalu ramai ditayangkan media elektronik, kalau hal itu benar, maka itulah hasil kerja dari kalangan jin yang tujuannya tentu saja untuk menyesatkan manusia. Tidak lain!
Berikut ini adalah mitos-mitos dan legenda gaib yang pernah hidup atau masih hidup dalam kepercayaan masyarakat Banjar.

1.     Kuyang




Kuyang adalah manusia hidup yang berubah wujud menjadi potongan kepala dan isi perut yang terburai, dapat terbang karena telinganya membesar yang digunakan sebagai sayap (mungkin mirip seperti telinga gajah). Ilmu kuyang umumnya dipelajari oleh kaum wanita, namun ada juga yang mengatakan bahwa ilmu kuyang juga dapat dipelajari oleh kaum laki-laki (tapi sangat jarang). Kuyang sangat gemar menghisap darah nifas ketika ada wanita yang melahirkan —karena memang itulah makanan/minumannya yang pokok.
Ilmu kuyang dipelajari oleh wanita karena alasan keduniaan seperti agar tetap awet muda/cantik, disayang suami atau pun untuk kekayaan. Namun ada juga perkecualiannya, yaitu ilmu warisan atau turunan. Misalnya seorang ibu yang memiliki Ilmu kuyang kalau mau meninggal dunia harus melepaskan ilmunya itu, kalau tidak,dia akan kesulitan untuk melepas nyawa. Cara melepas ilmu sesat ini yaitu harus ada orang yang mau manyalin atau menerima ilmu ini. Ilmu kuyang adalah salah satu ilmu sesat yang sangat dibenci masyarakat karena kegemaran wujud jejadiannya yang suka menghisap darah orang, sehingga pasti tidak akan ada orang yang sudi menerima ilmu ini. Yang mau pastilah keluarga dekat pemilik ilmu ini, yaitu anaknya, terutama yang wanita. Setelah Ilmu kuyang diturunkan, barulah si pemilik ilmu dapat meninggal. (Nah, nah…, ini sebenarnya berhubungan dengan takdir. Sebab kalau sudah ajal seseorang, siapa yang dapat menunda atau memperpanjangnya walaupun sedetik? Tidak ada! Termasuk jin atau setan. Jadi dalam kasus ini, seorang pemilik Ilmu kuyang walaupun sulit mati karena ilmunya, bukanlah ilmunya itu yang dapat memperpanjang waktu kematiannya, namun takdir tadilah yang berperan. Kalau takdir sudah menentukan matinya jam sekian dalam detik sekian, itulah takdir kematiannya. “Tertundanya” atau sulitnya dia menjalani kematian adalah “proses” dari menuju ke takdir/waktu kematiannya itu. Semoga para pembaca, terutama yang beragama Islam dapat memahami uraian saya yang —mungkin— susah dimengerti ini. Untuk itu mohon komentar dan masukannya yang dapat menjelaskan masalah ini dari hukum agama Islam).
Kuyang juga memiliki beberapa pantangan yang tidak boleh dilanggarnya, antara lain: dia sangat takut bawang merah atau bawang putih, tali haduk (tali ijuk) dan lambaian wancuh (sendok nasi) konon akan membuatnya jatuh. Selain itu iwak julung-julung (sejenis ikan air tawar yang panjang, moncongnya lancip, suka berenang di permukaan air, panjangnya sekitar 20 cm-an) dianggap salah satu kelemahannya yang lain. Apabila melihat ikan ini, konon penganut Ilmu kuyang akan berteriak-teriak: anakku, anakku! (entah benarkah?). Ketakutan kyang terhadap tali haduk disebabkan oleh tajamnya ujung-ujung tali itu. Apabila serat ijuk itu ada yang menempel di jeroan kuyang, tentu akan bermasalah ketika dia kembali ke wujudnya sebagai manusia. Mungkin saja serabut ijuk itu akan menyebabkan dirinya infeksi. Siapa tahu?
Ketika berubah wujud menjadi kuyang, seorang pemilik ini akan menggosokkan sejenis minyak yang disebut minyak kuyang di seputar lehernya agar ketika melakukan ritual cabut bukang (mencabut tubuh, yaitu memisahkan kepala sebatas leher dengan tubuh bawah) akan mudah dan tidak sakit. Setelah cabut bukang, maka terpisahlah kepala berikut isi perut dengan tubuh sang pemilik ilmu. Telinga membesar dan melebar sehingga dapat mengangkat kepalanya ke udara dan segera terbang ke udara mencari mangsa, yaitu wanita yang akan melahirkan untuk dihisap darah nifasnya. Sementara bagian tubuh bawahnya ditinggalkan di tempat yang tidak mudah diketahui oleh orang lain untuk keamanan dan keselamatan dirinya. Sebab apabila potongan tubuh bawahnya itu ditemukan orang lain dan di seputar pangkal lehernya ditusuk dengan potongan-potongan bambu kuning, akan membuat kuyang tidak akan dapat lagi kembali ke wujud manusianya. Itu artinya selamanya dia akan menjadi hantu hidup-hidup atau kuyang karena tubuh bawahnya mungkin saja akan dikubur orang. Ada kalanya dalam “operasinya” kuyang mengalami kegagalan karena ketahuan orang, misalnya ketika terbang dikawai wancuh, dilambai dengan sendok nasi, sehingga jatuh atau harus melakukan “pendaratan darurat.” Kuyang menjadi tidak berdaya, kalau yang menemukannya adalah para pembencinya, maka tamatlah riwayatnya, dan kalau yang menemukannya adalah orang yang lemah iman, dibujuk akan diberi harta apabila dia mau mengantarnya ke tempat tubuhnya berada, maka selamatlah ia.
Manusia yang ketika malamnya berubah menjadi kuyang dan telah menghisap darah, pada siangnya konon wujud fisiknya masih meninggalkan bekas-bekas perubahannya itu, yaitu di seputar lehernya terdapat guratan melingkar bekas terpotong dan alur antara bibir atas dan hidung masih tidak kelihatan. Oleh karena itu apabila dia terpaksa keluar rumah, maka pemilik ilmu kuyang akan menutup seputar lehernya dengan kain (kerudung atau kakamban).
Konon ketika kuyang melintas di udara, yang terlihat adalah sinar biru berpendar yang melesat cukup cepat. Terbangnya tidak terlalu tinggi dari atap rumah. Orang awam yang tidak tahu, mungkin saja ada yang menyangka sebuah meteor atau bahkan hantu api.
Di daerah lain kuyang ini disebut: leak hitam (Bali), hantu palasik (Sumatera Barat) atau pontianak (Kalimantan Barat).
13/03/2013.

2.     Macan Jejadian

Macan di sini sebenarnya adalah golongan jin yang berwujud macan apabila masuk ke dunia manusia. Namun masih menjadi pertanyaan, macan di sini apakah harimau atau macan dahan (yang memang banyak terdapat di Kalimantan). Untuk itu masalah ini tidak penulis bahas (makanya masukan dari pembaca untuk memastikan apakah macan jejadian di sini adalah harimau atau macan dahan, sangat membantu untuk klarifikasi mitos ini).
Macan jejadian atau macan panjadian atau macan siluman merupakan salah satu mitos yang telah mendarah daging dalam kepercayaan masyarakat Banjar. Sampai sekarang, membakar terasi di senja hari masih merupakan pantangan yang tidak berani dilanggar karena akan mendatangkan macan jejadian ini.
Macan jejadian biasanya memangsa manusia-manusia yang bermalam atau kemalaman di hutan. Mereka menyamar sebagai manusia, biasanya digambarkan menyamar sebagai tuan guru (orang alim) sehingga membuat korban atau sasarannya terlena, tidak menyangka bahwa orang yang menemui mereka adalah jelmaan macan jejadian. Macan jejadian ini biasanya duduk di dekat teras atau ruangan yang lantainya memiliki celah. Konon di antara celah itulah mereka menyelipkan ekornya menjuntai ke bawah (rumah atau gubuk masyarakat Banjar berbentuk panggung atau bertiang tinggi) karena tidak dapat dihilangkan ketika melakukan penyamaran.
Ketika mangsanya lengah, saat itulah macan jejadian menerkamnya. Bagian tubuh manusia yang mereka sukai adalah jantung, mata dan kemaluan. Namun dalam beberapa cerita, ada juga macan jejadian yang memangsa habis korbannya. Dalam versi lain, macan jejadian yang menyamar, ada juga yang memberikan wajik kepada korbannya. Konon apabila wajik tersentuh tangan korbannya, apalagi sampai termakan, maka ketika dipanggil, maka bagian tubuh yang tersentuh wajik akan bersuara menjawab seruan macan jejadian itu. Kalau sudah begini, ke mana pun mangsanya akan bersembunyi, pasti akan ketahuan.
Untuk itulah, masyarakat Banjar biasanya sudah dibekali cara untuk mengenali macan jejadian ketika masuk ke dalam hutan, yaitu apabila bertemu orang di dalam hutan, amati dengan cermat bagian bawah hidungnya. Apabila alur di bawah hidung tidak ada, sebaiknya cepat-cepat menjauh dari orang itu, sebab sudah pasti itulah makhluk halus yang menyamar. Selain itu, ada mantera khusus yang diajarkan untuk menghadapi macan jejadian. Bunyinya sebagai berikut: “Bismillahirahmanirahim. Sangatak, Sangitik, Sangiang Maharajapati asal katurunan diikam macan lakanat ai.” Konon apabila macan jejadian mendengar mantera ini, mereka akan lari pontang panting, bahkan kalau ada yang terlambat lari, dalam radius kurang dari beberapa meter, tubuhnya akan terbakar menjadi abu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar